NILAI ETIKA DAN MORAL DALAM BISNIS
ETIKA BISNIS
“NILAI ETIKA DAN
MORAL DALAM BISNIS"
Nama : Anggun Rizki Apiliani
Kelas : 3EA27
NPM : 11214260
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dunia bisnis yang tumbuh dengan
pesat menjadi tantangan atau pun ancaman bagi pelaku usaha agar dapat
mempertahannkan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaanya. Setiap pelaku
bisnis atau pun pekerjanya akan membuat sebuah perusahaan menjadi berkembang
dan terdepan dari pad singan dari perusahaan terseut. Etika bisnis dalam sistem
perekonomian global cenderung pada usaha mengahalkan segala macam cara dengan
tidak memperdulikan etika bisnis. Etika bisnis begitu sangat penting dilakukan
diutamakan pada hubungan bisnis dengan pihak yang terkait., baik dengan alam,
lingkungan, perusahaan danperseorangan. Berbisnis dengan tidak menggunkan etika
akan menyebabkan tidakan ketika adilan, masalah dan kehancuran bahkan ada pihak
yang akan dirugikan karena perubautan curang tersebut. Dalam berbisnis kita
memerlukan yangnamanya moralitas kadang kali moral sesorang bisa dilupakan
dalam seuah pekerjaan dikarena tututan pekerjaan yang mengharuskan seseorang
tidak melihat keadan sekitar dengan hati. Setiap perusahaan dituntuk untuk
menggunkan sistem yang modern dengan teknologi yang modern juga yang
mengakibatkan praktek-praktek yang etik di dalam tingkatan manajemen dan
oprasional. Dengan berkeenaan praktek organisasi atau perusahaan pada
pelangggan dan karyawannya. Dalam akivitas perusahaan yang ketat dapat
menimbulkan prilaku pelanggaran etika karena orang akan bersifat pragmatis
dalam berbagai macam situasi. Oleh sebab itu keadaan apupun diperlukan suatu
kesadaran moral agar keputusan yang mendesak tapi masih menggunakn etika.
Serupa dengan pemahaman filsafat
yang secara etimologis melandaskan gagasannya pada filos (cinta) dan sophia
(kebijaksanaan), begitu pula dengan etika sebagai bagian dari filsafat itu
sendiri. Manifestasi ide/gagasan pada ranah kenyataan yang mewujud dalam
tata-aturan tentang mana yang baik dan mana yang buruk, untuk kemudian
distandarisasi sesuai dengan paradigma dan ideologi, cara pandang, ataupun
consensus yang berlaku (Althusser, 1984). Pun begitu, etika sendiri memiliki
cara pandang yang hampir sama dengan nilai, norma, ataupun moralitas. etika
menjadi pembeda pula antara manusia dengan hewan, lewat fungsi makhluk sosial
dan individual. Dengan demikian, hubungan manusia yang sudah berikatan inilah
yang menjadi dasaran bagi terciptanya sistematika organisasi dalam birokrasi
dengan keseluruhan legalitas dan legitimasi yang melingkupi. Namun, pada saat
ini tantangan demi hambatan yang menghadang sistematika tersebut, mulai dari
ketidakjelasan implementasi, kegamangan sistem etika/filsafat yang berawal dari
disfungsi konsensus dan berakhir pada ketidakberpihakan birokrasi itu sendiri
kepada masyarakat.
Dengan itu ada sikap
kehati-hatian dalam pengambilan keputusan menggunkan moral dan etika yang baik.
Ada beberapa asalan untuk meneiliti kesadaran moral dalam pengambilan keputusan
bisnis. Untuk mengetahu apa penyebab dari berbagai macam keadaan yang
menciptaakan kesadaran moral. Mengetahui penyebab kesadaran moral, perusahaan
mampu menciptakan suatu situasi yang mengembangkan keadaran moral dalam
bekerja. Prinsip etika yang hidup dalam berorganisasi merupakan salah satu
factor lingkungan yang mempunyai pengaruh cukup besar untuk membangun kesadaran
moral. Factor lingkungan organisasi adalah factor yang menentukan iklim kerja
yang beretika. Iklim etika yang cenderung bersifat indivialis itu tidak bisa
dipungkiri lagi, yang akan mendorong iklim perusaan cenderung bersifat
individualis juga. Jadi kita sebagai manusia yang bermoral dan beretika harus
memiliki moralitas ditempat kerja yang berarti mampu berpilaku dan bermoral
sesuai dengan standar etika dan moral ada di perusahaan. Kita pun harus
bertidak sebagai sesorang yang memiliki integritas pribadi yang tinggi
menjungjung tinggi nilai kejujuran yang beradab ditempat kerja.
Etika dan moral haruslah menjadi
sebuah prilaku, karakter, pilihan hidup dan kepribadian yang dapat diperlihatan
dalam keseharian dilingkungan kerja. Praktek moralitas dan etika akan
memperkuat itergritas pribadi di tempat kerja, untuk memahami apa yang baik dan
apa yang buruk dalam suatu presepsi. Standar moral dalam perilaku biasanya
tidak tertulis, merupakan hasil akhir dari pikiran positif terhadap etos kerja
itu mengacu pada moralitas ditempat kerja. Sedangkan etika adalah yang mengacu
pada standar berprilaku ditempat kerja merupakan pedoma yang formal, baik etika
ataupun moralitas memerlukan intergritas pribadi yang tinggi untuk menjalanya
dengan sempurna. Hubungan kerja yang harmonis selalu di landasi oleh sikap
moralitas dan etika yang juga menjadi kekuatan untuk membangun keyakikan dlam
neyelesaikan sebuah konflik adalah suatu perkerjaan. Perosoalan dapat
diselesaikan dengan hati nurani, menggnakan moralitas dan etika akan
menghasilkan pemikiran dengan akan yang paling sehat dan menggunakan kejujuran.
Moralitas dan etika merupakan fitur penting untuk bertindak bagai keryawan,
pimpinan, dan setiap steakholder ditempat kerja dalam mengedepankan keadilan,
terbuka dan penuh dengan tanggung jawab.
Bagaimana orang berprilaku dan
menggambarkan standar moral yang di ingan perusahaan dengan menggunkan pedoma
etik perusahan yang harus di ikuti oleh semua orang yang ada diperusahan
tersebut. Memiliki keyakinan terhadap nilai-nilai, norma dan prinsip moral yang
ada di dalam pedoma etik peusahan harus dijlankan bukannya karyawan saja tapi
seorang pimpinan juga. Etika kerja dan etik abisnis harus mampu menajadi dasar
terbaik untuk memperlihatkan moralitas yang berkualitas dalam bekerja, meupakan
alat yang mampu untuk memperlihatkan perilaku yang bermoral di tempat kerja.
Seseorang dapat menjadi pribadi yang tidak jujur jika tidak memiliki moralitas
ditempat kerja, dan mengabaikan misi atau pun visi yang telah ada seingga akan
menyebabkan perusahan tidak berjalan dengan efektif dan citra atau oun performa
perusahan akan merosot.
Dalam dunia bisnis pun setiap
perusahaan akan berambisi untuk mendapatkan laba yang besar dengan melakukan
berbagai macam cara, bahkan hal yang bersifat kriminalpun akan ditempuh untuk
mencapai tujuan tersebut. Terjadinya perbuatan tercela didunia bisnis bukannya
berkurang tapi malah semakin meningkat, tindakan ingkar janji, one prestasi,
tidak menghindatkan kepentingan masyarakat, tidak memperhatian sumber daya alam
sekitar dan perbuatan korupsi, suap, kolusi masalah tersebut merupakan
pengingkaran dari moralitas dan etika bisnis. Tidak ada salahnya bila kita
dalam bertindak selain dengan moral dan etika harus di dukung dengan
kepercayaan dari keyakinan yang dianut oleh setiap manusia. Keterkaitan anara
bisnis dan hukum sangatlah erat, banyak msalah yang timbul dari kedua aspek
tersebut.
Etika adalah hal yang penuh dengan pandangan atau
nilai yang
dianut oleh masyarakat, di mana dasar nilai itu dibangun dari kebiasaan yang
mereka lakukan. Membahas mengenai etika, maka kita akan masuk pada ranah
kebiasaan yangterjadi pada suatu masyarakat, etika akan berbicara mengenai
benar atau salah. Kebiasaan yang berlaku disuatu tempat biasanya mengacu pada
adat istiadat,norma, peraturan, budaya dan lainnya. Semakin seseorang sesuai dengan
kebiasaan setempat,
maka dapat dikatakan ia semakin beretika di tempat yang bersangkutan. Bisnis
adalah kegiatan yang teratur dalam melayani sutu kebutuhan yang bersifat umum,
sambil memperoleh pendapatan. Bisnis merupakan pertukaran antara jasa/barang
dan uang yang saling menguntungan/saling mengunungtungkan. Dahulu bisnis
digunakan dengan cara barter atau dengan saling menukar barang tanpa
menggunakan uang. Pada masa berikutnya kenyataanny amanusi tidak dapat memenuhi
kebutuhanya sendiri, untuk memdapatkan keinginannya mereka mencari orang yang
mau menukarkan barang barang yang dimiliki dengan barang yang dibutuhkan.
Belakangan ini banyak pelaku
bnsi yang melakukan pelanggaran etika bisnis dengan dengan persaingan yang
tidak sehat. Penggaran etika bisnis tersebut menyebabkan keruian bagi pelaku
binsi dan bagi pengusahan menengah kebawah disebabkan kurangnya keamampuan dan
pengetahuan yang mereka miliki. Setiap perusahaan atau pelaku bisnis harus
memiliki prinsip etika bisnis dan moral tersebut. Etika bisnis adalah studi
yang di khususkan mengenai moral yang benar atau salah atau tata cara dalam
menjalankan bisnis. Dengan adanya etika bisnis, pelaku bisnis atau perusahaan
dapat mengetahui aturan-atauran, nilai-nilai, cara-cara melakukan bisnis dengan
baik, dan menjalankan norma-norma yang ada. Perusahaan yang menggunkan etika
bisnin dapat memebentuk nilai, norma, dan prilaku karyawan serta pimpinan dalam
menjalankan hubungan pekerjaan dengan adil, sehat bersama mitra kerja,
pelangan, masyarkatar, lingkungan sekitar sekitar perusahaan dan para pemegang
saham.
Secara teoristis, ada yang
dimaksud norma umum dan norma khusus. Norma umum akan berlaku umum dan
universal, tidak kenal waktu, tempat dan lingkungan masyarakat. Yang bisa
diartikan dimanapun, kapanpun, dan dilingkungan manapun norma tersebut akan
dilaksakan. Sedangkan norma khusus yang dilakukan pada waktu, tempat dan
lingkungan khusus, dan mengatur kegiatan dan bidang tertentu. Norma moral
merupakan norma yang sering berkau dimasyarakat atau norma umum yang mengatur
mengenai sikap, perilaku, dan tindakan manusia sebagai yang berkehidupan
masyarakat. Norma moral, atau sering disebut dengan moralitas dapat didefinisikan
sebagai standar yang dimiliki sesorang atau individu ataupun kelompok tentang
apa yang benar dan apa yang salah dan tenatang apa yang baik dan apa yang jahat
(Satyanugraha, 2003). Secara
umum etika diklasifikasikan menjadi dua jenis; pertama etika deskriptif yang
menekan pada pengkajian ajaran moral yang berlaku, membicarakan masalah
baik-buruk tindakan manusia dalam hidup bersama. Yang ke dua etika normatif,
suatu kajian terhadap ajaran norma baik buruk sebagai suatu fakta, tidak perlu
perlu mengajukan alasan rasional terhadap ajaran itu, cukup merefleksikan
mengapa hal itu sebagai suatu keharusan.
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Apakah etika dan moralitas diperlukan dalam menjalankan sebuah binsis
diperusahaan ?
2.
Apakah etika selalu menjadi pedoma dalam menjalankan kegiatan berbisnis ?
3.
Apakah moralitas dan etika selalu dikerjakan secara bersamaan dalam kegiatan
berbisnis ?
1.3.
Tujuan Penelitan
1.
Untuk
mengetahui moralitas selalu digunkan dalam kegiatan berbisnis.
2.
Untuk
mengetahui etika selalu menjadi pedoma dalam menjalankan kegiatan berbisnis.
3.
Untuk
mengetahui moralitas dan etika selalu
dikerjakan secara berasaam dalam kegiatan berbisnis.
BAB
II
TELAAH
LITERATUR
1.
Moralitas
Menurut Chaplin (2001), moral
adalah hal yang menyinggung akhlak, tingkah laku yang susila, ciri-ciri khas
seseorang dengan perilaku pantas dan baik, menyinggung hukum, adat istiadat,
kebiasaan yang mengatur tingkah laku. Menurut Poespoprodjo (2009), ada tiga
faktor penentu moralitas, pertama perbuatan sendiri, yang dikehendaki individu
memandangnya tidak dalam tertib fisik tetapi dalam tertib moral. Kedua, motif
yang dimiliki individu dalam pikiran ketika melakukan suatu perbuatan secara
sadar dilakukan sendiri untuk dicapai dengan perbuatan sendiri, dan ketiga,
keadaan, segala yang terjadi pada suatu peristiwa atau perbuatan. Berdasarkan
penelusuran peneliti melalui media massa, didapatkan beberapa fenomena remaja
cenderung melakukan tindakan amoral. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2009) amoral diartikan sebagai tidak bermoral atau tidak berakhlak.
Moral
awareness didefinisikan
sebagai derajat dimana seseorang mengenali aspek-aspek situasi yang dapat
dikategorikan sebagai moral yang salah dan merugikan bagi orang lain,
sekelompok orang, atau masyarakat lebih luas (VanSandt et al. 2006) . Moral
awareness di sini didefinisikan dalam bentuk derajat, bukan sebagai
sesuatu yang ada atau tiada. Definisi tersebut merujuk pada definisi dari Blum
(1991) yang membahas moral sebagai suatu proses. Moralitas individu akan
dijelaskan dalam level penalaran moral individu, serta akan berpengaruh pada
perilaku etis mereka (Puspasari, 2012).
2.
Etika
Ditinjau dari asal-usul kata,
istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno ethos, yang berarti etika,
etis, cara pandang dan sistem nilai yang dipakai dalam suatu kelompok (Ongky
Setio Kuncono, 2013). Dalam Concise Oxford Dictionary (1974) kata ethos didefinisikan
sebagai characteristic spirit of community, people or system (suasana
khas yang menandai suatu kelompok bangsa atau sistem). Sementara menurut K.
Bertens (2007: 224) istilah setika diartikan sebagai tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang atau gudang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan,
sikap dan cara berpikir. Sehingga dalam bentuk jamaknya ta etha diartikan
sebagai adat kebiasaan.
Secara
bahasa (etimologi) menurut Noviliadi (2009: 4), istilah ethos berarti
tempat hidup yang dimaknai sebagai adat istiadat atau kebiasaan. Dari kata ethos
muncul istilah ethikos yang berarti teori kehidupan atau dalam
istilah teori ilmu disebut etika. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995)
etika adalah nilai mengenai benar atau salah yang dianut oleh suatu golongan
atau masyarakat. Menurut Maryani dan Ludigdo (2001), etika adalah seperangkat
aturan, norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik aturan yang
harus dilakukan maupun aturan yang harus dihindari oleh sekelompok manusia,
golongan profesi.
Menurut
penulis etika merupakan bagian dari kajian filsafat, biasa disebut filsafat
etika atau filsafat moral, yaitu kajian filsafat yang memfokuskan kajiannya
pada pencarian akan hakikat sistem nilai yang harus diikuti umat manusia
(Ma’mun Mu’min, 2014). Namun menurut Poedjawiyatna (2003), etika bukan
merupakan bagian dari filsafat. Sebagai ilmu, etika mencari keterangan (benar)
yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi etika, ia mencari ukuran
baik-buruk bagi tingkah laku manusia, memang apa yang ditemukan oleh etika
mungkin jadi pedoman seseorang, tetapi tujuan etika bukanlah untuk member
pedoman, melainkan untuk tahu.
3. Pengertian
Bisnis
Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual
barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam
konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan
aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Secara etimologi, bisnis
berarti keadaan di mana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan
pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata "bisnis" sendiri
memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya penggunaan singular kata bisnis
dapat merujuk pada badan
usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan
mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada
sektor pasar tertentu, misalnya "bisnis pertelevisian." Penggunaan
yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh komunitas
penyedia barang dan jasa. Namun definisi "bisnis" yang tepat masih
menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.
.
4. Pengertian
Etika Bisnis
Etika
bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh
aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat.
Etika bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku
karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan
pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, dan masyarakat. Menurut Yosephus (2010:
79), etika bisnis pada dasarnya merupakan applied ethics atau etika
terapan. Etika bisnis merupakan wilayah penerapan prinsip-prinsip moral umum
pada wilayah tindakan maausia dalam bidang ekonomi, seperti bisnis. Jadi,
sasaran etika bisnis adalah perilaku moral pebisnis yang beraktivitas dalam
bidang ekonomi. Menurut Ongky (2013) pengertian ini menjelaskan bahwa bagaimana
para pelaku bisnis bertindak secara moral dalam melakukan bisnisnya. Etika
bisnis adalah kajian yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan
salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan
dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.
Etika bisnis merupakan studi standar
formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam sistem dan organisasi yang
digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusi barang dan jasa
serta diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi. Misalnya
seorang pengusaha yang memiliki etika bisnis biasanya adalah seorang yang jujur
dan amanah. Etika bisnis ini diwujudkan karena tuntutan dari pergerakan
terhadap meningkatnya berbagai praktek yang tidak sehat dalam dunia bisnis,
misalnya layanan yang tidak memuaskan.
Perusahaan menyakini prinsip bisnis
yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja yang unggul
dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika
sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Etika bisnis dapat
menjadi standard dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan
menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan
dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang professional.
5. Mempertahankan Standar Etika
1.
Ciptakan
kepercayaan perusahaan
Kepercayaan perusahaan dalam
menetapkan nilai-nilai perusahaan yang mendasari tanggung jawab etika bagi
pemilik kepentingan.
2.
Kembangkan
kode etik.
Kode etik merupakan suatu catatan
tentang standar tingkah laku dan prinsip-prinsip etika yang diharapkan
perusahaan dari karyawan.
3. Jalankan kode etik secara adil dan konsisten
Manajer
harus mengambil tindakan apabila mereka melanggar etika. Bila karyawan
mengetahui bahwa yang melanggar etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi
tidak berarti apa-apa.
4. Lindungi hak perorangan
Akhir
dari semua keputusan setiap etika sangat bergantung pada individu. Melindungi
seseorang dengan kekuatan prinsip morl dan nilainya merupakan jaminan terbaik
untuk menghindari untuk menghindari penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan
etika seseorang harus memiliki: (a) Komitmen etika, yaitu tekad seseorang untuk
bertindak secara etis dan melakukan sesuatu yang benar; (b) Kesadaran etika,
yaitu kemampuan kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan suara pikiran
moral dan mengembangkan strategi pemecahan masalah secara praktis.
5. Adakan pelatihan etika
Workshop merupakan
alat untuk meningkatkan kesadaran para karyawan.
6. Lakukan audit etika secara periodic
Audit
merupakan cara terbaik untuk mengevaluasi efektivitas sistem etika. Hasil
evaluasi tersebut akan memberikan suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika
bukan sekadar gurauan.
7. Pertahankan standar tinggi tentang tingkah laku,
tidak hanya aturan.
Tidak
ada seorang pun yang dapat mengatur norma dan etika. Akan tetapi, manajer bisa
saja membolehkan orang untuk mengetahui tingkat penampilan yang mereka
harapkan. Standar tingkah laku sangat penting untuk menekankan betapa
pentingnya etika dalam organisasi. Setiap karyawan harus mengetahui bahwa etika
tidak bisa dinegosiasi atau ditawar.
8. Hindari contoh etika yang tercela setiap saat dan
etika diawali dari atasan.
Atasan
harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.
9.
Ciptakan
budaya yang menekankan komunikasi dua arah.
Komunikasi
dua arah sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang kita
hasilkan dan menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
10. Libatkan karyawan dalam mempertahankan
standar etika.
Para
karyawan diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana
standar etika dipertahankan.
BAB IV
PEMBAHSAN
Perkembangan Etika Bisnis
Perkembangan etika bisnis menurut
Bertens (2000):
1. Zaman
Prasejarah: Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf
Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama
dalam negra dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus
diatur.
2. Masa Peralihan: pada tahun 1960-an: dimulai
pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat (AS), revolusi
mahasiswa (di ibukota prancis), penolakan terhadap establishment (kemapanan).
Hal ini memebri perhatian pada dunia pendidikan, khususnya bidang ilmu
manajemen, yaitu dengan menambahkan mata kuliah baru dalam kurikulum dengan
nama Business and Society. Topik masalah yang paling sering dibahas adalah
corporate social responsibility.
3. Etika
Bisnis Lahir di Amerika Serikat pada 1970-an yang mana sejumlah filsuf mulai
terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis disekitar bisnis dan etika
bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang
meliputi dunia bisnis di Amerika Serikat pada saat itu.
4. Etika
Bisnis meluas ke Eropa: tahun 1980-an di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu
baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun kemudian. Terdapat forum pertemuan
antara akamdemisi dari universitas serta sekolah bisnis yang disebut European
Business Ethics Network (EBEN).
5. Etika
Bisnis menjadi Fenomena secara Global pada 1990-an, dan tidak hanya terbatas
lagi pada dunia barat (Eropa, Amerika Serikat). Tetapi etika bisnis sudah
dikembangkan diseluruh dunia. Bahkan telah didirikan Internatioal Society for
Business, Economics, and Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo, Jepang.
Moral Dalam Bisnis
Berbicara tentang moral sangat erat
kaitannya dengan agama dan kebudayaan. Dalam kehidupan sehari –
hari, moral moral digunakan sebagai alat untuk mendorong melakuka kebaikan
dalam berprilaku. Begitu juga halnya dalam dunia bisnis. Sebagai
bagian dari aktifitas , tentunya moral sangat dibutuhkan
dalam berbisnis. Moral yang baik dalam berbisnis tentunya juga akan
memberikan dampak yang baik untuk perkembangan bisnis tersebut serta
dapat menjalin relasi yang baik juga. Moral lahir dari orang yang memiliki dan
mengetahui ajaran agama dan budaya. Agama telah mengatur seseorang dalam
melakukan hubungan dengan orang sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang
mendasarkan bisnisnya pada agama akan memiliki moral yang terpuji dalam
melakukan bisnis. Berdasarkan ini sebenarnya moral dalam berbisnis tidak akan
bisa ditentukan dalam bentuk suatu peraturan (rule) yang ditetapkan oleh
pihak-pihak tertentu. Moral harus tumbuh dari diri seseorang dengan pengetahuan
ajaran agama yang dianut budaya dan dimiliki harus mampu diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Aplikasi moral dalam kehidupan sehari – hari misalnya
adalah kejujuran. Apabila sebuah bisnis dilandasi dengan kejujuran dalam setiap
transaksi dan pengambilan keputusan,maka akan memberikan kepuasan bagi kedua
pihak yang saling terkait.
Etika Dalam Bisnis
Etika digunakan sebagai rambu –
rambu atau patokan berprilaku. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu
mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang
seimbang, selaras, dan serasi. Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok
masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu
tindakan yang terpuji yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di
dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam
kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya. Jika ada pihak terkait
yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya etika moral dan etika, jelas apa
yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan.
Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang menjamin
adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang
bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun
dalam perekonomian. Kalau ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan
menyetujui adanya etika moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh
kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan. Oleh
sebab itu untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang
menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu
pembicaraan yang bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak
merugikan siapapun dalam perekonomian. Ada tiga sasaran dan ruang lingkup pokok
etika bisnis, antara lain :
1. Etika
bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi, dan masalah
yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis.
2.
Menyadarkan masyarakat, khususnya
konsumen, buruh, atau karyawan dan masyarakatluas pemilik aset umum semacam
lingkungan hidup, akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar
oleh praktik bisnis siapapun juga. Fungsinya jelas yaitu untuk menggugah
masyarakat bertindak menuntut para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik
demi terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat tersebut.
3. Etika
bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis
tidaknya suatu praktek bisnis.
Etika Bisnis dan
Perbedaan Budaya
Relativisme
etis adalah teori bahwa, karena masyarakat yang berbeda memiliki keyakinan etis
yang berbeda. Apakah tindakan secara moral benar atau salah, tergantung kepada
pandangan masyarakat itu. Dengan kata lain, relativisme moral adalah pandangan
bahwa tidak ada standar etis yang secara absolute benar dan yang diterapkan
atau harus diterapkan terhadap perusahaan atau orang dari semua masyarakat. Dalam
penalaran moral seseorang, dia harus selalu mengikuti standar moral yang
berlaku dalam masyarakat manapun dimana dia berada. Pandangan lain dari
kritikus relativisme etis yang berpendapat, bahwa ada standar moral tertentu
yang harus diterima oleh anggota masyarakat manapun jika masyarakat itu akan
terus berlangsung dan jika anggotanya ingin berinteraksi secara efektif. Relativisme
etis mengingatkan kita bahwa masyarakat yang berbeda memiliki keyakinan moral
yang berbeda, dan kita hendaknya tidak secara sederhana mengabaikan keyakinan
moral kebudayaan lain ketika mereka tidak sesuai dengan standar moral kita.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan dengan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Etika bisnis merupakan cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika bisnis dalam suatu
perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan
dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja,
pemegang saham, masyarakat.
Membumikan Etika Bisnis Di
Perusahaan
Etika pada dasarnya membahas sesuatu
yang dianggap baik – buruk, atau benar- salah. Etika perusahaan menyangkut
hubungan perusahaan dan karyawan sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya
(misalnya dengan perusahaan lain atau masyarakat setempat), etika kerja terkait
antara perusahaan dengan karyawannya, dan etika perorangan mengatur hubungan
antar karyawan. Perilaku yang etis dalam perusahaan akan menimbulkan sikap
saling percaya terhadap sesama pelaku bisnis serta akan mencegah pelanggan,
pegawai dan pemasok bertindak oportunis, serta tumbuhnya saling percaya.
Kebijakan perusahaan untuk memberikan
perhatian serius pada etika perusahaan akan memberikan citra bahwa manajemen
mendukung perilaku etis dalam perusahaan. Kebijakan perusahaan biasanya secara
formal didokumentasikan dalam bentuk Kode Etik (Code of Conduct) Terdapat tiga
faktor utama yang memungkinkan terciptanya iklim etika dalam perusahaan.:
1. terciptanya
budaya perusahaan secara baik..
2.
terbangunnya suatu kondisi
organisasi berdasarkan saling percaya (trust-based organization).
3. terbentuknya
manajemen hubungan antar pegawai (employee relationship management).
Manfaat Perusahaan Menerapkan Etika
Dalam Bianis
Selain perencanaan strategis yang
baik serta sistem perusahaan yang transparan, hal pendukung yang dibutuhkan
untuk membangun perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi
serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang
tinggi,diperlukan suatu landasan yang kokoh pula. Langkah yang dapat ditempuh
adalah penerapan etika perusahaan yangdilaksanakan secara konsisten dan
konsekuen. Dengan demikin tidak hanya cita – cita bisnis yang bernilai tinggi
saja yang dapat dilaksanakan, tetapi bisnis dengan nilai – nilai etika yang
tinggi juga dapat tercapai, sehingga menimbulkan sikap saling percaya dan
salling menghargai antar sesama pelaku bisnis baik antara pihak internal
perusahaan dengan pihak eksternal,atasan dengan karyawan, maupun karyawan
dengan karyawan
Teknologi
yang berkembang di akhir dekade abad ke-20 mentransformasi masyarakat dan
bisnis, dan menciptakan potensi problem etis baru. Yang paling mencolok adalah
revolusi dalam bioteknologi dan teknologi informasi. Teknologi menyebabkan
beberapa perubahan radikal, seperti globalisasi yang berkembang pesat dan
hilangnya jarak, kemampuan menemukan bentuk-bentuk kehidupan baru yang
keuntungan dan resikonya tidak terprediksi. Dengan perubahan cepat ini,
organisasi bisnis berhadapan dengan setumpuk persoalan etis baru yang menarik.
Pentingnya Etika Bisnis
Perilaku
etik penting untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.
Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif, baik lingkup
makro maupun mikro, yang akan dijelaskan sebagai berikut:
Perspektif
Makro; pertumbuhan suatu negara tergantung pada market system yang
berperan lebih efektif dan efisien daripada command system dalam
mengalokasikan barang dan jasa. Beberapa kondisi yang diperlukan market
system untuk dapat efektif, yaitu:
a. Hak memiliki dan mengelola
properti swasta.
b. Kebebasan memilih dalam perdagangan
barang dan jasa
c. Ketersediaan informasi yang
akurat berkaitan dengan barang dan jasa. Jika salah satu subsistem dalam market
system melakukan perilaku yang tidak etis, maka hal ini akan mempengaruhi
keseimbangan sistem dan menghambat pertumbuhan sistem secara makro.
Pengaruh dari perilaku tidak
etik pada perspektif bisnis makro adalah sebagai berikut:
1.
Penyogokan
atau suap; hal ini akan mengakibatkan berkurangnya kebebasan memilih dengan
cara mempengaruhi pengambil keputusan.
2.
Coercive
act; mengurangi kompetisi yang efektif antara pelaku bisnis dengan ancaman atau
memaksa untuk tidak berhubungan dengan pihak lain dalam bisnis.
3.
Deceptive
information;
4.
Pencurian
dan penggelapan; dan unfair discrimination.
Perspektif
Bisnis Mikro; dalam Iingkup ini perilaku etik identik dengan kepercayaan
atau trust. Dalam Iingkup mikro terdapat rantai relasi di mana supplier,
perusahaan, konsumen, karyawan saling berhubungan kegiatan bisnis yang akan
berpengaruh pada Iingkup makro. Tiap mata rantai penting dampaknya untuk selalu
menjaga etika, sehingga kepercayaan yang mendasari hubungan bisnis dapat
terjaga dengan baik.
Kasus – kasus Pelanggaran dalam
Etika Bisnis
Profesi
Akuntan menuntut profesionalisme, netralitas, dan kejujuran. Kepercayaan masyarakat
terhadap kinerjanya tentu harus diapresiasi dengan baik oleh para akuntan.
Etika profesi yang disepakati harus dijunjung tinggi. Hal itu penting karena
ada keterkaitan kinerja akuntan dengan kepentingan dari berbagai pihak. Banyak
pihak membutuhkan jasa akuntan. Pemerintah, kreditor, masyarakat perlu
mengetahui kinerja suatu entitas guna mengetahui prospek ke depan. Dari situ
sudah diketahui kalau bidang kerja akuntan rawan memicu konflik kepentingan.
Oleh karena itu, segala bentuk penyelewengan yang dilakukan oleh akuntan harus
mendapat perhatian khusus. Tindakan tegas perlu dilakukan.
a. Skandal Enron, worldcom, dan
perusahaan-perusahaan besar di AS; Enron mengumumkan kebangkrutannya pada akhir
tahun 2002. Tentu saja kebangkrutan ini menimbulkan kehebohan yang luar biasa.
Bangkrutnya Enron dianggap bukan lagi semata-mata sebagai sebuah kegagalan
bisnis, melainkan sebuah skandal yang multidimensional, yang melibatkan
politisi dan pemimpin terkemuka di Amerika Serikat. Hal ini bisa dilihat dari
beberapa fakta yang cukup mencengangkan seperti:
Ø
Dalam
waktu sangat singkat perusahaan yang pada tahun 2001 sebelum kebangkrutannya
masih membukukan pendapatan US$ 100 miliar, ternyata tiba-tiba melaporkan
kebangkrutannya kepada otoritas pasar modal. Sebagai entitas bisnis, nilai
kerugian Enron diperkirakan mencapai US$ 50 miliar. Sementara itu, pelaku pasar
modal kehilangan US$ 32 miliar dan ribuan pegawai Enron harus menangisi
amblasnya dana pensiun mereka tak kurang dari US$ 1 miliar.
Ø
Saham
Enron terjun bebas hingga berharga US$ 45 sen. Padahal sebelumnya pada Agustus
2000 masih berharga US$ 90 per lembar. Oleh karenanya banyak pihak yang
mengatakan kebangkrutan Enron ini sebagai kebangkrutan terbesar dalam sejarah
bisnis di Amerika Serikat dan menjadi bahan pembicaraan dan ulasan di berbagai
media bisnis dan ekonomi terkemuka seperti Majalah Time, Fortune, dan Business
Week.
Prinsip-Prinsip Etika dan
Perilaku Bisnis
Prinsip – prinsip yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk
mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang
mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar
kerja atau operasi perusahaan. Muslich (1998) mengemukakan prinsip-prinsip
etika bisnis sebagai berikut:
1.
Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki
wewenang sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan
misi yang dimilikinya. Kebijakan yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk
pengembangan visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran dan
kesejahteraan karyawan dan komunitasnya
2.
Prinsip Kejujuran
Kejujuran merupakan
nilai yang paling mendasar dalam mendukung keberhasilan perusahaan. Kejujuran
harus diarahkan pada semua pihak, baik internal maupun eksternal perusahaan.
Jika prinsip kejujuran ini dapat dipegang teguh oleh perusahaan, maka akan
dapat meningkatkan kepercayaan dari lingkungan perusahaan tersebut.
3.
Prinsip tidak berniat jahat
Prinsip ini
berhubungan dengan prinsip kejujuran. Penerapan prinsip kejujuran yang ketat
akan mampu meredam niat jahat perusahaan (manajer dan segenap karyawan).
4.
Prinsip keadilan
Perusahaan harus
bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem bisnis. Contohnya,
upah yang adil kepada karyawan sesuai kontribusinya, pelayanan yang sama kepada
konsumen, dan lain-lain.
5.
Prinsip hormat pada diri sendiri
Perlunya menjaga citra baik perusahaan
tersebut melalui prinsip kejujuran, tidak berniat jahat dan prinsip keadilan.
Hormat pada diri sendiri maksudnya adalah perusahaan
harus menjaga nama baiknya dengan menerapkan prinsip jujur, tidak berniat
jahat, dan melakukan prinsip keadilan sehingga mendatangkan apresiasi yang baik
dari lingkungan.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Moral
adalah hal yang menyinggung akhlak, tingkah laku yang susila, ciri-ciri khas
seseorang dengan perilaku pantas dan baik, menyinggung hukum, adat istiadat,
kebiasaan yang mengatur tingkah laku. Etika adalah nilai mengenai benar atau
salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat. Etika bisnis merupakan
cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang
berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika bisnis
dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta
pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra
kerja, pemegang saham, dan masyarakat
Moral yang baik dalam berbisnis
tentunya juga akan memberikan dampak yang baik untuk perkembangan bisnis
tersebut serta dapat menjalin relasi yang baik juga. Moral harus
tumbuh dari diri seseorang dengan pengetahuan ajaran agama yang dianut budaya
dan dimiliki harus mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dunia
bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang
menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi. Etika di dalam
bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok
bisnis serta kelompok yang terkait lainnya. Jika ada pihak terkait yang tidak
mengetahui dan menyetujui adanya etika moral dan etika, jelas apa yang
disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan.
DAFTAR PUSATAKA
1. Anna Sumaiyanti, “Etika Bisnis
Pada Enterpreneurship Dalam Konteks Filsafat”. Vol 22, No.1, Maret 2014.
2.
Amalia,Fitri,
“Implementasi Etika Bisnis Pada Pedagang Di Baar Madinah Depok”
3.
Fauzan,
Ida Nuryana, “Pengaruh Penerapan Etika Bisnis Terhadap Kepuasan Pelanggan
Warung Bebek H.Slamet Di Kota Malang”. Vol 10, No.1, Februari 2014.
4.
Gustina,
“Etika Bisnis Suatu Kajian Nilai Dan Moral Dalam Bisnis” Vol 3, No.2, Oktober
2008.
5.
Hakim,
Abdul. “Filsafat Etika IBN Miskawai”. Vol 13, No.2, Juli 2014.
6.
Ma’Mun’Min.
“Revitalisasi Etika Bisnis Dalam Membangun Sistem Perekonomian Yang Beradab”,
Vol 3, No.1, Juni 2015.
7.
Irfan, “ Presepsi Akuntan Interen Teantang Etika Bisnis”. Vol 8, No.1,
Maret 2008.
8.
wulandari,
mita.2015.jurnal:jurnal etika bisnis “Etika Bisnis Bagi Perusahaan” melalui http://mitawulandari.blogspot.co.id/2015/02/jurnal-etika-bisnis.html
kak ini review jurnal atau apa sih
BalasHapus